Sumber : http://www.tembi.org/primbon/
Memilih Hari untuk Upacara Pernikahan
Memilih
hari baik untuk menyelenggarakan upacara perkawinan, merupakan
pengetahuan yang didapatkan dari ‘ilmu titen’ atau kumpulan catatan dari
kejadian-kejadian serupa yang berlangsung terus-menerus dari generasi
ke generasi. Misalnya, mengapa Bulan Sura tidak baik untuk
meyelenggarakan upacara Perkawinan? Karena
biasanya pengantin yang diresmikan pada bulan Sura mengalami celaka.
Selain bulan, ada hari, tanggal dan tahun yang menjadi pantangan, karena
jika sengaja diterjang biasanya berdampak negatif bagi pengantin dan
keluarga.
Dengan
mengenali kejadian-kejadian buruk yang berhubungan dengan hari,
tanggal, bulan dan tahun, tentunya para pengguna hari untuk upacara
Perkawinan tidak mau mengambil resiko, lebih baik memilih hari yang
tidak menjadi pantangan. Toh dengan perencanaan matang, memilih hari
yang sesuai pun belum tentu menjamin keberhasilan sebuah perkawinan,
apalagi yang tidak direncanakan dengan matang. Karena pertimbangan yang
sederhana itulah maka sampai sekarang sebagian besar masyarakat
menggunakan ‘ilmu titen’ memilih hari yang baik untuk menyelenggarakan
upacara Perkawinan. Sehingga muncul istilah ‘musim maten’ ini artinya
bahwa pada bulan, yang menurut kebiasaan leluhur (ilmu titen) adalah
bulan baik, maka di sana-sini akan dijumpai penyelenggarakan upacara
perkawinan.
Ilmu
titen yang berkaitan dengan pemilihan hari, perhitungan nasib dan
ramalan telah diwariskan turun-temurun dalam bentuk buku yang disebut
Primbon. Ada beberapa versi buku Primbon diantaranya: Kitab Centhini,
Sabda Pandhita, R. Tanojo, Betaljemur Adam Makna, R. Soemodidjojo.
Untuk
memilih hari baik (pada dasarnya semua hari baik, sehingga pengertian
memilih hari baik lebih kepada kesesuaian antara waktu dengan pengguna
waktu) pada upacara Perkawinan, dengan menggunakan Kalender Jawa Sultan
Agungan, pertama kali yang dilakukan adalah menghindari hari yang tidak
baik, pada yang meliputi :
A. Hari naas keluarga
- Hari dan pasaran meninggalnya (geblage) orang tua dari bapak ibu calon pengantin.
- Jika orang tua dari bapak ibu calon pengantin masih hidup, yang dihindari adalah hari dan pasaran meninggalnya kakek, nenek dari bapak ibu calon penganten.
- Hari dan pasaran meninggalnya saudara kandung calon pengantin berdua, kalau ada.
B. Hari tidak baik di dalam Bulan
- Bulan Jumadilakir, Rejeb dan Ruwah hari Rabu, Kamis dan Jumat
- Bulan Puasa, Sawal, dan Dulkaidah hari Jumat, Sabtu dan Minggu
- Bulan Besar, Sura dan Sapar, hari Senin, Selasa, Sabtu dan Minggu
- Bulan Mulud, Bakdamulut dan Jumadilawal hari Senin, Selasa, Rabu dan Kamis
C. Hari tidak baik di dalam Tahun
- Tahun Alip hari Selasa Pon dan Sabtu Paing
- Tahun Ehe hari Sabtu Paing dan Kamis paing
- Tahun Jimawal hari Kamis Paing dan Senin Legi
- Tahun Je hari Senin Legi dan Jumat Legi
- Tahun Dal hari Jumat Kliwon dan Rabu Kliwon
- Tahun Be hari Rabu Kliwon dan Minggu Wage
- Tahun Wawu hari Minggu Wage dan Kamis Kliwon
- Tahun Jimakir hari Kamis Pon dan Selasa Pon
D. Tanggal tidak baik di dalam Bulan
- Bulan Sura tanggal 6, 11 dan 18
- Bulan Sapar tanggal 1, 10 dan 20
- Bulan Mulud tanggal 1, 8, 10, 15 dan 20
- Bulan Bakdamulud tanggal 10, 12, 20 dan 28
- Bulan Jumadilawal tanggal 1, 10, 11 dan 28
- Bulan Jumadilakir tanggal 10, 14 dan 18
- Bulan Rejeb tanggal 2 , 13, 14, 18 dan 27
- Bulan Ruwah tanggal 4, 12, 13, 26 dan 28
- Bulan Puasa tanggal 7, 9, 20 dan 24
- Bulan Syawal tanggal 2, 10 dan 20
- Bulan Dulkaidah tanggal 2, 9, 13, 22 dan 28
- Bulan Besar tanggal 6, 10, 12 dan 20
E. Samparwangke, arti harafiahnya adalah menyampar Bangkai. Merupakan hari yang tidak baik di dalam Wuku (Zodiak Jawa)
- Wuku Warigalit, hari Senin Kliwon
- Wuku Bala, hari Senin Legi
- Wuku Langkir, hari Senin Paing
- Wuku Sinta, hari Senin Pon
- Wuku Tambir, hari Senin Wage
F. Taliwangke (mengikat bangkai), hari yang tidak baik di dalam Bulan dan Wuku
- Bulan Dulkangidah dan Jumadilawal Wuku Wuye, hari Senin Kliwon
- Bulan Besar dan Jumadilakir Wuku Wayang, hari Selasa Legi
- Bulan Sura dan Rejeb Wuku Landep, hari Rabo Paing
- Bulan Sapar dan Ruwah Wuku Warigalit, hari Kamis Pon
- Bulan Mulud dan Puasa Wuku Kuningan, hari Jumat Wage
- Bulan Bakdamulud dan Syawal Wuku Kuruwelut, hari Sabtu Kliwon
Memilih Hari untuk Upacara Perkawinan pada Bulan Januari 2007
Berdasarkan
cacatan hari yang tidak baik, (lihat tulisan 1) akan didapatkan hari
yang baik. Tinggal dipilih yang sesuai dan cocok dengan kebutuhan
keluarga. Misalkan : Bapak dan Ibu Dadap telah sepakat dengan calon
besannya yaitu Bapak dan Ibu Waru, akan menyelenggarakan upacara
perkawinan pada Bulan Januari 2007. Menurut Kalender Jawa, Januari 2007 berada dalam Tahun Alip, Bulan Besar dan bulan Sura.
Maka hari yang dihindari adalah :
- Hari naas Keluarga : Senin Wage, hari meninggalnya salah satu orang tuanya Ibu Dadap jatuh pada 22 Januari 2007 dan Hari Sabtu Kliwon, hari meninggalnya salah satu orang tuanya Bapak Waru, jatuh pada 13 Januari 2007 (lih catatan A)
- Hari yang tidak baik di dalam bulan. Dikarenakan Bulan Januari 2007 meliputi Bulan Besar (1-19 Januari) dan Bulan Sura (20-31 Januari), sehingga perlu menghindari hari tidak baik di dalam ke dua bulan tersebut yaitu Senin, Selasa, Sabtu dan Minggu yang jatuh pada tanggal 1, 2, 6, 7, 8, 9, 13, 14, 15, 16. (lih catatan B)
- Hari yang tidak baik di dalam Tahun Alip adalah Selasa Pon jatuh pada tanggal 26 Januari 2007, dan Sabtu Paing, tidak ada dalam bulan Januari 2007. (lih cacatan C)
- Tanggal yang tidak baik dalam bulan. Untuk bulan Besar tanggal 6, 10, 12, 20 dan untuk bulan Sura tanggal; 6, 11, 18 (lih cacatan D)
- Samparwangke, hari yang tidak baik dalam wuku. Siklus Wuku berlaku selama 7 hari. Ada lima siklus wuku pada Januari 2007, yaitu; 1-6 Januari Wuku Pahang, 7-13 Januari Wuku Kuruwelut, 14-20 Januari Wuku Marakeh, 21-27 Januari Wuku Tambir, dan 28 – 3 Pebruari Wuku Medangkungan. Dari ke lima Wuku tersebut hari yang tidak baik hanya ada pada Wuku Tambir yaitu; Senin Wage, 22 Januari 2007. (lih catatan E)
- Taliwangke, hari yang tidak baik di dalam Bulan dan Wuku untuk Januari 2007 tidak ada. Karena pada Bulan Besar tidak ada Wuku Wayang dan pada Bulan Sura tidak ada Wuku Landep (lih cacatan F)
Setelah
dikurangi tanggal yang tidak baik dalam bulan Januari 2007 yaitu
tanggal 1, 2, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 18, 20, 22 dan 26,
sisanya adalah tanggal 3, 4, 5, 16, 17, 19, 21, 23, 24, 25, 27, 28, 29,
30, dan 31. Dikarenakan 20 Januari sudah memasuki bulan Sura, seyoganya
tanggal 20 keatas tidak dipilih, sehingga tinggal enam hari yang
tersisa. Enam hari itulah yang menjadi prioritas pertama pilihan hari
baik untuk upacara Pekawinan di Bulan Januari 2007. Silakan memilih yang
terbaik diantara yang baik.
- Rabu Kliwon, 3 Januari 2007
- Kamis Legi, 4 Januari 2007
- Jumat Paing, 5 Januari 2007
- Selasa Pon, 16 Januari 2007
- Rabu Wage, 17 Januari 2007
- Jumat Legi, 19 Januari 2007
Jika
terpaksa memilih tanggal di luar prioritas pertama karena alasan
keluarga yang sangat mendesak, bisa ditempuh dengan prioritas ke dua.
Pada pilihan ke dua ini, hari yang tidak baik di dalam Bulan (cacatan B)
dapat diterjang, sehingga selain 6 hari prioritas pertama, didapatkan
tambahan 10 hari yang dapat dipilih, yaitu:
- Senin Pon, 1 Januari 2007
- Selasa Wage, 2 Januari 2007
- Sabtu Pon, 6 Januari 2007
- Minggu Wage, 7 Januari 2007
- Senin Kliwon, 8 Januari 2007
- Selasa Legi, 9 Januari 2007
- Sabtu Kliwon, 13 Januari 2007
- Minggu Legi, 14 Januari 2007
- Senin Pahing, 15 Januari 2007
- Selasa Pon, 16 Januari 2007
Mengenali Watak hari yang Tidak Baik Untuk ‘Mantu’
Dengan
mengetahui paparan hari dan tanggal yang tidak baik dalam
melangsung-kan upacara perkawinan atau Mantu (lihat tulisan 1) maka akan
diketahui pula hari dan tanggal yang baik. Seperti dicontohkan cara
memilih hari baik pada bulan Januari 2007 yang dikelompokan menjadi dua,
yaitu hari baik pilihan utama dan pilihan alternatif (lihat tulisan 2).
Dengan adanya pilihan alternatif tersebut dimaksudkan bahwa perhitungan
hari dan tanggal baik ini sesungguhnya sangat lentur, tidak kaku.
Persoalannya bukan pada, apakah hari dan tanggal yang satu baik,
sedangkan hari dan tanggal yang lainnya jelek, tetapi lebih kepada
sebuah kebutuhan akan waktu yang dirasa sesuai dan pas dengan yang akan
memakainya. Sehingga dapat saja memilih prioritas pertama atau atau
prioritas ke dua, ataupun juga tidak memilih yang diprioritaskan. Maka
perhitungan hari baik lebih dimaknai sebagai suatu kesempatan untuk
memilih. Dengan bekal kemampuan mengenali watak hari, pasaran, tanggal,
bulan dan tahun, paling tidak dapat menjadi pertimbangan ketika memilih
waktu yang sesuai dan pas untuk menyelenggarakan upacara monumental
agung dalam penggalan perjalanan kehidupan.
Paparan
hari yang tidak baik di bawah ini merupakan lanjutan dari tulisan (1)
bagian A – F, sehingga menambah panjangnya daftar hari, tanggal dan
bulan yang tidak baik untuk Mantu, berkaitan dengan watak nya, yaitu :
G.
Kunarpaning Warsa, hari yang dianggap mati, tidak baik untuk keperluan
apapun. Jatuh di akhir tahun, yaitu tanggal 29 atau tanggal 30 bulan
Besar, sebelum masuk ke tanggal satu Sura (tahun baru).
- Untuk Tahun Alip : jatuh pada hari Sabtu Pahing
- Untuk Tahun Ehe : jatuh pada hari Kemis Pahing
- Untuk Tahun Jimawal : jatuh pada hari Senin Legi
- Untuk Tahun Je : jatuh pada hari Jumat Legi
- Untuk Tahun Dal : jatuh pada hari Rabu Kliwon
- Untuk Tahun Be : jatuh pada hari Minggu Wage
- Untuk Tahun Wawu : jatuh pada hari Kemis Pon
- Untuk Tahun Jimakir : jatuh pada hari Selasa Pon
Pada
paparan tulisan 1 bagian C, sudah termasuk larangan hari pasaran yang
disebut Kunarpaning Warsa. Namun yang tertulis pada no. 7 Kamis Kliwon,
yang benar adalah Kamis Pon.
H. Bangas Padewan, adalah tanggal di dalam Bulan yang tidak boleh diterjang untuk Mantu.
- Bulan Sura : tanggal 11
- Bulan Sapar : tanggal 20
- Bulan Mulud : tanggal 1 & 15
- Bulan Bakdamulud : tanggal 10 & 12
- Bulan Jumadilawal : tanggal 10 & 11
- Bulan Jumadilakir : tanggal 10 & 14
- Bulan Rejeb : tanggal 13 & 27
- Bulan Ruwah : tanggal 4 & 28
- Bulan Pasa : tanggal 7 & 20
- Bulan Sawal : tanggal 10
- Bulan Dulkaidah : tanggal 2 & 22
- Bulan Besar : tanggal 6 & 20
Pada paparan tulisan 1 bagian D sudah termasuk larangan tanggal di dalam bulan yang disebut Bangas Padewan.
I. Anggara Kasih atau hari Selasa pasaran Kliwon.
Satu bulan penuh yang tidak terdapat hari Selasa Kliwon tidak baik untuk Mantu
- Tahun Alip, bulan yang tidak terdapat hari Selasa Kliwon adalah Jumadilakir & Besar.
- Tahun Ehe, bulan yang tidak terdapat hari Selasa Kliwon adalah Rejeb
- Tahun Jimawal, bulan yang tidak ada hari Selasa kliwon adalah Sura & Ruwah
- Tahun Je, bulan yang tidak ada hari Selasa Kliwon adalah Sapar dan Ruwah
- Tahun Dal, bulan yang tidak ada hari Selasa Kliwon adalah Mulud dan Pasa
- Tahun Be, bulan yang tidak ada hari Selasa Kliwon adalah Bakdamulut
- Tahun Wawu, bulan yg tidak ada hari selasa Kliwon adalah Bakdamulut & Dulkaidah
- Tahun Jimakir, bulan yang tidak ada hari Selasa Kliwon adalah Jumadilawal
J. Bulan yang tidak baik di dalam Tahun
- Tahun Alip, bulan tidak baik; Jumadilakir, Pasa & Dulkaidah
- Tahun Ehe, bulan tidak baik; Mulud, Bakdamulut, Pasa, Dulkaidah & Besar
- Tahun Jimawal, bulan tidak baik; Sura, Sapar, Mulud, Jumadilawal & Besar
- Tahun Je, bulan tidak baik adalah; Sura, Sapar, Mulud, Sawal & Dulkaidah
- Tahun Dal, bulan tidak baik adalah; Sapar, Mulud, Ruwah & Dulkaidah
- Tahun Be, bulan tidak baik; Sura, Sapar dan Rejeb
- Tahun Wawu, bulan tidak baik; Sura, Jumadilawal, Sawal, Dulkaidah & Besar
- Tahun Jimakir, bulan tidak baik adalah Sura dan Dulkaidah.
K. Bulan yang tidak Baik berdasarkan Wataknya
- Bulan Sura kalau untuk Mantu wataknya : bertengkar dan mengalami kerusakan. Jangan diterjang!
- Bulan Mulud kalau untuk Mantu wataknya : Mati salah satu (mati dalam arti luas). Jangan diterjang!
- Bulan Pasa kalau untuk Mantu wataknya : Celaka besar. Jangan diterjang!
- Bulan Dulkaidah kalau untuk Mantu wataknya : Banyak musuh dan sakit-sakitan. Jangan diterjang!
- Bulan Sapar kalau untuk Mantu wataknya : Kekurangan dan banyak hutang. Boleh diterjang
- Bulan Bakdamulud kalau untuk Mantu wataknya : selalu dicacat dan menjadi pergunjingan yang tidak baik. Boleh diterjang
- Bulan Jumadilawal kalau untuk Mantu wataknya sering kehilangan, kena tipu dan banyak musuh. Boleh diterjang
- Bulan Sawal kalau untuk Mantu wataknya : kekurangan dan banyak hutang. Boleh diterjang
Dari
12 nama bulan yang ada, 8 nama bulan dinyatakan tidak baik untuk Mantu.
Dari kedelapan nama bulan tersebut, ada 4 nama bulan yang tidak boleh
diterjang dan empat nama bulan yang boleh diterjang. Sehingga sisanya
ada 4 nama Bulan yang berwatak baik untuk Mantu, yaitu :
- Bulan Jumadilawal wataknya : kaya harta benda dan kemuliaan
- Bulan Rejeb wataknya : sejahtera dan selamat.
- Bulan Ruwah wataknya : panjang umur, dan berkelimpahan
- Bulan Besar wataknya : penuh keberuntungan dan sukacita
Dari watak bulan yang baik inilah biasanya seseorang mengawali pilihannya, baru kemudian dicari tanggal, hari dan jamnya.
Perhitungan Memilih Calon Pasangan
Bobot
Bibit Bebed merupakan istilah untuk melakukan seleksi awal dalam
memilih pasangan yang berkualitas. Bobot diartikan dengan berbobot atau
bermutu. Dari kemampuan berpikir, cara mengolah emosi dan prestasi yang
dihasilkan, seseorang akan menunjukan seberapa tinggi kemampuannya serta
seberapa besar bobotnya. Bibit
‘benih’ keturunan. Di mana ia dilahirkan? Siapa orang tuanya? Dari
lingkungan sosial dan keluarga yang baik-baik, biasanya akan melahirkan
keturunan yang baik pula. Bebed – bebedan, cara berpakaian atau
penampilan. Bebed menunjukan cara sesorang membawa diri, bergaul dan
bertingkah laku. Idealnya, ketiga hal tersebut baik adanya.
Setelah
didapatkan calon pasangan yang bobot, bibit dan bebednya baik, bahkan
mendekati sempurna, ada satu hal esensial yang perlu dipertimbangkan,
sebelum melangkah lebih jauh, yaitu menghitung hari, pasaran, tanggal,
bulan dan tahun kelahiran masing-masing calon pasangan. Di dalam primbon
terdapat perhitungan yang menunjukan apakah ke dua calon pasangan
tersebut, jika bersatu membangun rumah tangga akan mengalami kehidupan
yang baik, atau mengalami kehidupan yang tidak baik. Calon pasangan pria
dan calon pasangan wanita, yang masing-masing memiliki bobot, bibit,
bebed baik, belum tentu mereka cocok ketika harus membangun rumah
tangga. Ada istilah: mencari ‘bojo’ itu mudah, tetapi memilih ‘jodho’
itu susah, perlu pertimbangan dan perhitungan yang cermat. Karena yang
namanya jodoh dalam konteks ini diartikan dengan, jika pasangan tersebut
bersatu akan saling melengkapi kekurangannya, saling menutupi
kelemahannya dan saling menambah kelebihannya. Sehingga pasangan yang
sudah jodoh ketika membangun rumah tangga, masing-masing pasangan dapat
mengembangkan diri dengan maksimal.
Untuk mengetahui apakah calon pasangan tersebut jodoh atau tidak jodoh, ada beberapa macam cara menghitung:
Cara
A. Hari dan Pasaran kelahiran pasangan pria dan wanita masing-masing
diangkakan sesuai dengan Tabel A dan Tabel B, kemudian dijumlah.
Jumlahnya dibagi sepuluh. Jika dibagi 10 sisanya lebih dari tujuh, maka
tidak dibagi sepuluh melainkan dibagi 7. Prinsipnya sisanya tidak boleh
lebih dari 7.
Contoh:
pasangan pria lahir pada Hari Senin, Pasaran Paing.
Senin 4 + Paing 9 = 13 (lihat tabel A & B)
pasangan wanita lahir pada Hari Kamis Pasaran Kliwon
Kamis 8 + Kliwon 8 = 16 (lihat tabel A & B)
Kelahiran Pria diangkakan = 13
Kelahiran wanita diangkakan = 16 +
Jumlah 29
pasangan pria lahir pada Hari Senin, Pasaran Paing.
Senin 4 + Paing 9 = 13 (lihat tabel A & B)
pasangan wanita lahir pada Hari Kamis Pasaran Kliwon
Kamis 8 + Kliwon 8 = 16 (lihat tabel A & B)
Kelahiran Pria diangkakan = 13
Kelahiran wanita diangkakan = 16 +
Jumlah 29
Pertama kali yang untuk membagi angka 29 adalah bilangan 10.
29 : 10 = 2, sisanya 9. karena sisanya lebih dari 7 maka memakai kemungkinan yang ke dua, yang untuk membagi tidak 10 tetapi 7.
29 : 7 = 4, sisanya 1. Angka sisa 1 (satu) tersebut yang menjadi kunci untuk dihitung. Angka sisa 1, namanya Wasesa Sagara, artinya besar wibawanya, luas budinya, panjang sabar dan pemaaf. (lihat Tabel C). Artinya bahwa pasang tersebut jodoh. Kehidupan rumah tangganya kelak akan penuh wibawa, disegani karena kebaikan budinya.
29 : 7 = 4, sisanya 1. Angka sisa 1 (satu) tersebut yang menjadi kunci untuk dihitung. Angka sisa 1, namanya Wasesa Sagara, artinya besar wibawanya, luas budinya, panjang sabar dan pemaaf. (lihat Tabel C). Artinya bahwa pasang tersebut jodoh. Kehidupan rumah tangganya kelak akan penuh wibawa, disegani karena kebaikan budinya.
Tabel A
Hari
|
Nilai Angka
|
Senin
|
4
|
Selasa
|
3
|
Rabu
|
7
|
Kamis
|
8
|
Jumat
|
6
|
Sabtu
|
9
|
Minggu
|
5
|
Tabel B
Pasaran
|
Nilai Angka
|
Pon
|
7
|
Wage
|
4
|
Kliwon
|
8
|
Legi
|
5
|
Paing
|
9
|
Tabel C
Sisa
|
Nama
|
Artinya
|
1
|
Wasesa Sagara
|
Besar wibawanya, luas budinya, sabar, pemaaf
|
2
|
Tunggak Semi
|
Rejekinya mudah dan melimpah.
|
3
|
Satriya Wibawa
|
Mendapat keluhuran dan kemuliaan
|
4
|
Sumur Seneba
|
Banyak yang datang berguru
|
5
|
Satriya Wirang
|
Mengalami dukacita dan kewirangan.
|
6
|
Bumi Kapethak
|
Banyak mengalami kesedihan, tetapi tabah dan pekerja keras
|
7
|
Lebu Katiyup Angin
|
Mengalami duka nestapa, tdk pernah kesampaian yg dicita-citakan
|
Catatan :
Sisa angka 7 artinya bahwa angka hasil dari penjumlahan habis dibagi 7.
Dilihat
dari Tabel C jumlah hari pasaran kelahiran pasangan yang setelah dibagi
10 atau 7 menyisakan angka 1, 2, 3, dan 4 kategori Jodho, semuanya baik
adanya.
Bagi
pasangan yang menyisakan angka 5, 6 atau 7, digolongkan dalam pasangan
yang kurang jodho, karena berpengaruh jelek. Tetapi jika sudah mantap
dengan pasangannya, dapat disyarati agar kejadian buruk tidak menimpa
keluarganya kelak
Angka 5 (Satriya Wirang) syaratnya sebelum pelaksanaan upacara perkawinan salah satu calon pengantin menyembelih ayam.
Angka 6 (Bumi Kapethak) syaratnya sebelum menikah salah satu calon pengantin mendhem Siti atau menamam tanah
Angka 7 (Lebu Katiyup Angin) syaratnya sebelu pernikahan berlangsung, salah satu pasangan menghambur-hamburkan tanah.
Pada
tulisan 4, telah dipaparkan perhitungan ‘Salaki Rabi’ atau perhitungan
dalam memilih calon pasangan yang Jodoh atau cocok lahir batin, dengan
Cara A. Selanjutnya dipaparkan cara menghitung dengan:
CARA
B. Hari dan pasaran kelahiran pasangan pria dijumlah dengan hari
pasaran kelahiran pasangan wanita, hasil dari penjumlahan dibagi 5. Sisa
angka setelah dibagi 5 adalah angka kunci yang dipakai untuk
menghitung.
Contoh:
pasangan pria lahir pada Hari Senin, Pasaran Paing.
Senin 4 + Paing 9 = 13 (lihat tabel A & B)
pasangan wanita lahir pada Hari Kamis Pasaran Kliwon
Kamis 8 + Kliwon 8 = 16 (lihat tabel A & B)
Kelahiran Pria diangkakan = 13
Kelahiran wanita diangkakan = 16 +
Jumlah 29
pasangan pria lahir pada Hari Senin, Pasaran Paing.
Senin 4 + Paing 9 = 13 (lihat tabel A & B)
pasangan wanita lahir pada Hari Kamis Pasaran Kliwon
Kamis 8 + Kliwon 8 = 16 (lihat tabel A & B)
Kelahiran Pria diangkakan = 13
Kelahiran wanita diangkakan = 16 +
Jumlah 29
29 : 5 = 5, sisanya 4.
Hasil
perhitungan tersebut menyisakan angka 4 termasuk tidak baik, karena
jatuh pada Pati (lihat tabel D). Pati dalam arti luas. Segala langkah
dan tujuan kandas ditengah jalan.
Tabel D
Sisa
|
Nama
|
Artinya
|
1
|
Sri
|
rejeki melimpah
|
2
|
Dana
|
suka memberi dan banyak rejeki
|
3
|
Lara
|
banyak derita, dan keluh-kesah
|
4
|
Pati
|
segala langkah dan tujuan kandas ditengah jalan
|
5
|
Lungguh
|
tentram dan damai
|
Catatan : Sisa angka 5 artinya bahwa angka hasil dari penjumlahan habis dibagi 5
Cara
C. Saat kelahiran Pasangan Pria dan Pasangan Wanita yang masing-masing
terdiri dari : Nilai angka hari kelahiran (lih tabel A) ditambah angka
tanggal lahir, ditambah nilai angka pasaran kelahiran (lih tabel C),
ditambah nilai angka bulan kelahiran (lih tabel E) dan ditambah nilai
angka tahun kelahiran (lih Tabel F) keduanya dijumlah dan dibagi 9. Sisa
angka setelah dibagi 9 adalah angka kunci untuk dihitung, lih Tabel G.
Tabel E
No. Bln
|
Bulan
|
Nilai Angka
|
1
|
Sura
|
7
|
2
|
Sapar
|
2
|
3
|
Mulud
|
3
|
4
|
Bakdamulud
|
5
|
5
|
Jumadilawal
|
6
|
6
|
Jumadilakir
|
1
|
7
|
Rejeb
|
2
|
8
|
Ruwah
|
4
|
9
|
Pasa
|
5
|
10
|
Sawal
|
7
|
11
|
Dulkaidah
|
1
|
12
|
Besar
|
3
|
Tabel F
Pasaran
|
Nilai Angka Angka
|
Alip
|
1
|
Dal
|
4
|
Ehe
|
5
|
Be
|
2
|
Jimawal
|
3
|
Wawu
|
6
|
Je
|
7
|
Jimakir
|
3
|
Tabel G
Sisa
|
Nama
|
Artinya
|
1, 4, 7
|
Wali
|
tidak baik
|
2, 5, 8
|
Pengulu
|
cukup
|
3, 6, 9
|
Manten
|
baik
|
Catatan : angka 9 artinya bahwa jumlah angka habis dibagi 9
Contoh :
Saat kelahiran pasangan Pria
Senin Pahing, tgl 16, bln Sura, th Dal
Senin = 4
Pahing = 9
Tanggal = 16
Sura = 7
Dal = 4 +
Jumlah = 40
Senin Pahing, tgl 16, bln Sura, th Dal
Senin = 4
Pahing = 9
Tanggal = 16
Sura = 7
Dal = 4 +
Jumlah = 40
Saat kelahiran pasangan Wanita
Kamis Kliwon, tgl 9, bln Rejeb, th Jimakir
Kamis = 8
Kliwon = 9
Tanggal = 9
Rejeb = 2
Jimakir = 3 +
Jumlah = 31
Kamis = 8
Kliwon = 9
Tanggal = 9
Rejeb = 2
Jimakir = 3 +
Jumlah = 31
Jumlah ke duanya 40 + 31 = 71
71 : 9 = 7, sisa 8
Angka kunci adalah 8, perhitunganya jatuh pada Penghulu, artinya cukup.(lih Tabel F)
Dari
paparan perhitungan Salaki Rabi, pasangan Senin Pahing dan Kamis Kliwon
dihitung dengan cara A hasilnya baik. Sedangkan dengan cara B hasilnya
jelek. Lain lagi jika dihitung dengan cara C, hasilnya cukup. Hal
tersebut tidak berarti bahwa perhitungan ke tiga cara tersebut saling
bertentangan atau asal beda saja, tetapi lebih menunjukan bahwa dalam
perhitungan ini ada kelenturan, ada tawaran-tawaran atau pilihan-pilihan
alternatif, yang tentunya memberi kesempatan pada calon pasangan untuk
memilih yang terbaik. Jika cocok dengan cara A, silakan memakai cara A.
Jika cocok dengan cara B ataupun C, silakan pakai yang terbaik. Namun
perlu dicacat, bahwa ketiga cara tersebut yang paling lengkap adalah
cara C, kalau tidak boleh mengatakan yang paling baik. Karena yang
dihitung tidak saja hari dan pasaran seperti pada cara A dan Cara B,
tetapi tanggal, bulan dan tahun kelahiran juga dihitung.